Rabu, 25 Agustus 2010

menyengat

hari ini,
kota tua ini berhasil menyengat dan membakar pori-pori ku
bagaimana tidak, aku berhasil dibuatnya mati nafas (heh bahasa apa itu?), susah sekali rasanya untuk menghirup nafas segar jika udara yang berputar terasa sangat panas. Hampir tak ada uap air yang dibawa angin berlalu melewati wajahku ini. Kipas angin pun kukerahkan sebatalyon untuk jadi tameng dan barisan depan..huh pertempuran ini sengit, sangat sengit..! aku akan bertahan sampai cucuran keringat yang terakhir..arrrggh..menggila, panas ini menyengat sangat..!

Senin, 16 Agustus 2010

setahun aku pergi

Agustus lalu tepatnya aku memulai hidupku yang sebenarnya, pembentukaan karakter jembatan pendewasaan, peningkatan kapasitas logika dan stabilisasi emosi telah terjadi dalam waktu yang singkat, satu tahun tepatnya (entah apa itu singkat atau tidak menurutmu, tapi nampak sekejap bagiku). Mulai dari proses interview yang dilakukaan dengan proses yang berulangkali (hingga berkesan mencari yang paling tak terkalahkan) sampai hasilnya yang dimumkan hanya dalam waktu sekejap. Bayangkan saja, waktu itu aku hanya punya waktu dua hari saja untuk berkemas dan pindah dari Bandung menuju Yogyakarta, tetapi dengan sigap aku bisa menyelesaikannya (tentunya dengan bantuan teman-teman di Bandung). Ketika mendapat berita bahwa aku yang terpilih untuk mengisi kekosongan jabatan di Yogyakarta aku sedang berada di kos Evi di Ledeng, Bandung sekitar pukul 18:00 WIB (aku ingatnya saat itu waktu maghrib tiba), Lena yang mengabarkannya via telepon tanpa tedeng aling-aling aku harus sudah sampai dan mulai bertugas di Yogyakarta pada Hari Jumat (dua hari kemudian), dengan mantabnya aku menyanggupi keputusan itu. "Bismillah" ucapku dalam hati, semoga ini menjadi jalan yang baik bagiku.

Esokan harinya, kami bertugas di ITB dan aku memutuskan untuk pulang ke Bekasi sore harinya, dengan meminta izin pada Kiki (TLku dulu) dan Diki (cico yang kebetulan ada di situ). Langsung saja aku menelepon salah satu agen travel untuk memesan tiket pada jam 21:00 WIB untuk kembali ke Bekasi, aku berbuka puasa di Bandung untuk berkumpul dengan seluruh teman-teman kerjaku untuk yang terakhir kali sebelum aku bertolak pulang. Sekitar delapan bulan aku bergabung dengan infantri (istilah yang sering digunakan oleh Jannus) di sana, banyak pelajaran dan persahabatan yang aku dapatkan. Terimakasih sebesar-besarnya untuk Pipin, teh Ani, teh Usi (teman -teman sekamar kosku), Evi, Yuli, Abot, Vay, Rana, Komar, Dodo, Pipit, Nenden, Wida, Dewi, Yana, Irhand, Nono, Afdhal (pergi duluan karena melanjutkan sekolahnya di Sumatera), Dini, Andi (mantan rekan satu timku yang cepat pergi karena ada panggilan lainnya), Anti boi (kami memanggilnya begitu karena bagi kami dia setengah wanita dan terlalu maskulin,,hehe), Kiki (TL ku tentunya), Diki (cico), dan Aline (kami tetap mengenangmu dan bagiku pribadi kamu akan tetap dengan senyuman terindahmu itu, mak! Damai besertamu ya...amien. :*).

Tepat pukul 23:00 WIB saya sampai di Jatiwaringin dan papa menjemputku di agen perjalanan, rasanya aku senang sekali tiba di rumah bertemu dengan keluarga walaupun hanya beberapa hari saja. Akupun langsung melepas penat di atas ranjangku yang sangat empuk (maklum saja karena selama di kos aku tidur di kasur angin), indahnya mimpiku malam itu, heheh sebenarnya aku sama sekali tidak ingat apa aku bermimpi atau tidak, aku begitu pulas. :)
Pagi hari aku langsung memesan tiket untuk ke Yogyakarta dan dijadwalkan sampai di sana hari Jumat jam 09:00 WIB. Setelah itu, aku hanya berdiam di rumah dan menikmati waktuku bersama keluarga tercinta. Tentunya keberangkatanku ini sudah kukabarkan terlebih dahulu pada kedua orangtuaku daan dengan izin dan restu mereka aku akhirnya memantabkan diri berangkat. Suasana saat itu cukup dan bahkan sangat haru. Aku teringat ketika adikku menangis sambil melambaikan tangannya padaku, mendengar iiringan do’a tulus dari orangtuaku rasanya begitu pilu. Ingin aku menjejak dan kembali ke rumah saja, tapi itu tak kulakukan karena aku yakin aku pergi untuk satu alasan yang jelas, pembelajaran. Bagiku masing-masing orang akan mengalami pembelajraannya sendiri entah itu cepat atau lambat, yang jelas pasti kita akan mengalaminya, pasti.

Pagi itu pesawat menderu dengan semangatnya, seolah-olah mewakili semangat dalam diriku. 55 menit penerbangaan itu cukup kunikmati, bentangan alam Pulau Jawa menarik perhatianku, hamparan hijau pegunungan (sambil menerka-nerka nama gunungnya) dan kumpulan awan yang seperti gumpalan bantal empuk melayang-layang, rasanya aku ingin mengambil dan mengemasnya di dalam koperku, “begitu mempesona”, pikirku. Waktu menunjukkan pukul 08:55 WB ketika pesawat bersiap-siap untuk mendarat. “jogja,,seindah apa keramahanmu kini..?” tanyaku, helaan nafass panjang mengakhiri perjalanan itu dan ketika pintu kabin dibuka udara yang kuhirup adalah udara Jogja, udara di mana aku akan memulai lembatr kehidupanku yang baru. Aku bergegas masuk ke bandara untuk mengambil barang bawaanku di bagasi. “cepatlah..!”, seruku dalam hati. Karena aku harus mengahdiri rapat pertamaku di sini dan aku tidak mau sampai terlambat, kurang lebih 15 menit menunggu dan aku langsung memesan taxi ke arah kantor. “Sagan pak, ddepan Gabah Resto di belakang Galeria.”, instruksiku segera. Beberapa kali aku menghubungi Lena untuk memberitahukan keberadaanku. Akhirnya sekitar pukul sepuluh lewat aku baru tiba di kantor, dan benar saja rapat sudah dimulai. Aku lalu dijemput oleh Piki ke ruangan rapat lengkap dengan selluruh barang bawaanku yang segambreng banyaknya. “wow!”, decakku kagum. Banyak juga teman-teman di sini. Ada beberapa yang sudah kukenal: Anton, Mamet (Yohaannes adalah nama sebenarnya), lena, Harry, Indra (trainer yang kebetulan sedang bertugas di sana), Intung dan Panji, serta beberapa wajah-wajaah baru yang bersemangat sama seperti aku. Sorak sorai riuh rendah ketika aku tiba di sana,, semua tatapan tertuju padaku. Entah mungkin mereka berpikir oraang aneh dari mana ini dengaan bawaan yang segitu besarnya, atau bahkan berpikir aku seorang penjual yang ingin mendemonsstrasikan barang dagangannya, ahhaahah “lucu sekali..”, pikirku. Lena pun menyambut dengan senyum khasnya itu, taak lama dia lalu memperkenalkanku pada seluruh orang dalam ruangan itu. “Teman-teman, ini adalah Vina, dia yang akan menggantikan Mamet karena Mamet akan bertugas kembali di Jakarta...” kurang lebihnya seperti itu. Aku lalu memperkenalkaan diri dan suasana pun menjadi semakin cair bagiku, syukurlah.

Hari itu aku langsung dikumpulkan ddengan teman-teman satu timku. Sebut saja: Nadya, Tiwi, Sam, Dika dan Panji. Aku akan menghabiskan waktuku sehari-hari dengan mereka. Nadya, pertama kali aku melihat sosoknya dan berkeenalan dengannya aku berpikiran bahwa dia seakan ingin keluar dari suatu rutinitas biasa yang mungkin telah penat ia jalani (heheh, sory nad,,tapi kamu tetap enjoy kan dengan aku...hehe). Lalu ada Tiwi, menurutku aku akan mudah bekerjasama dengannya karena dia sudah cukup dewasa dan memang betul. Ada juga seorang bapak (tampilan saja yang mengesankannya seperti itu) tapi baru menikah dan belum punya anak, Sam. Panji, akau sudah mengenalnya ketika aku ke Jogja dua bulan lalu dan Dika, yang memiliki tampilan sebagai remaja labil (hehe,,maaf mas boi,,begitu adanya). Aku mengenalkan diri dan mengenali mereka satu per satu saat itu, lalu kemudian mereeka kembali beekerja dan aku memulai training dengan Lena.

Bulan-bulan awal memang selalu ada kendala-kendala karena belum terbiasa tetapi aku buat semua itu seolah-olah sangat sederhana (di sinilah okeenya aku! Hehe). Tak lama berselang aakupun harus melewati dan merasakan bagaimana rasanya memberhentikan orang walaupun pada akhirnya aku meminta mereka mengundurkan diri duluan, saat itu jadi saat yang cukup berat bagiku. Mereka membangun tim ini bersama-sama denganku, dan ini bukanlah hal yang mudah sama sekali. Tetapi aku juga harus jujur dan menghormati pekerjaan dan kewajiban yang ku emban saat itu. Beberapa personil baru pun tiba seiring dengan peergantian kepemimpinan. Kali ini, Lena yang meninggalkan Jogja. Aku masih ingat saat berdiskusi dengannya pada malam terakhirnya di sini dan harus melihatnya meneteskan air mata haru, tak kusangka bisa juga dia bersedih, walaupun ini bukan kali pertama kami menghabiskan waktu bersama. Aku sempat berpikir juga untuk kembali ke Jakarta dan mencoba peruntungan di kota asalku itu, tetapi hal itu kuurungkan sehabis aku berbincang dengannya.

Antok kemudian datang dan mengisi posisi Lena. Sebelumnya aku mengira bahwa Anton yang akan naik jabatan tapi ternyata belum waktunya, dia masih harus bekerjasama denganku. Awal-awal cukup sulit karena kami (kota Jogja) tidak punya seorang VO, jadi masih sulit membagi waktu antara tim dan jadwal, kami jaddi sering menghabiskan waktu untuk bekerjaa di jalan. Bukan hanya itu, beberapa lama kami juga harus meengatur strategi untuk menigkatkan kondisi kota. Tetapi, memang dasarnya kami adalah sekawanan orang-orang luar biasa, hal itu tidak menjadi halangan berarti. Tetapi tak dipungkiri saat-saat itu cukup berat bagi kami, ada beberapa kawan yang haarus masuk rumah sakit untuk perawatan, termasuk aku. Aku harus dirawat di Bethesda katrena vertigo. Kkejaddiannya tidak bisa kulupa, aku sedang menemani Dika bekerja pada saat itu karena ida harus memenuhi waktu kerjaanya. Kepalaku terasa sangat berat dan aku tak sanggup lagi bahkan untuk membuka mata. Semua nampak kabur dan berputar, aku pusing sejadi-jadinya. Dika lalu mengantarku ke UGD Bethesda. Aku diberi suntikan dua kali oleh perawat tetapi sama sekali tidak membantu aku hanya tertidur namun masih pusing. Akhirnya, aku ddirujuk untuk dirawat inap. Malam pertama, aku ditemani oleh Nadya. Aku ingat sekali bagaimana dia ditelepon oleh Piki dan direpotkan. “Terimakasih ya..”, ucapku. Aku terus berbaring selama beberapa hari karena kepalaku masih terasa pusing bahkan untuk duduk sekalipun. Dokterpun menyarankan ku untuk istirahat selama sepuluh hari, ga tanggung-tanggung memang sepuluh hari. Awalnya aku menerimanya dengaan pasrah, toh obat dari dokter pun membuat aku selalu tertidur pulas. Tapi, aku sudah tidak tahan terkungkung di kamar saja dan akhirnya aku mulai masuk kembali bekerja dan beraktifita seperti biasa.

Setelah musim penyakitan lewat, aku kemudian berangkat ke Bali untuk bertugass di sana, memang tidak untuk waktu yang lama, sebulan saja. Aku dan Nadya mewakili Jogja, selain itu ada Ari dan Apri yang mewakili Semarang, Abot dan Affaan mewakili Medan, Ari dan Zein mewakili jakarta, Risna dan Yana dari Bandung serta Nafisyah dan Nukky untuk Surabaya. Kami pun bekerja dengan semangat karena kebanyakan dari kami belum pernah menikmati indahnya Pulau Dewata ini. Walau agak dibumbui oleh ketidakjelasan saat itu, tetapi kami tetap bekerja dengan harapan kami dapat memenuhi tugas sebaik-baiknya. Banyak tempat yang menjadi saksi semangat kami, sebut saja DREAMLAND, ini adalah tempat favorit yang kami kunjungi di sela-sela waktu kami dan memang pantai Bali sangat indah dan memanjakan. Sore itu, kami menatap mentari terbenam bersama dan meensyukuri krunia Sang Pencipta (yah, walaupun aku menatapnya sambil merasakan pijatan tradisional ala Bali). Dua puluh hari kami di sana, lalu kami kembali ke kota masing-masing untuk tetap berjuang, tetapi kami tak akan pernah melupakan Bali dan kenangannya.

Tak lama berselang, Lena kembali ke Jogja tapi bukaan sebagai cico, dia sekarang bertanggungjawab untuk area timur. Banyak perubahan yang terjadi pada sistem, seperti aaku dan Anton yang harus meninggalkan Jogja. Anton menjaadi cico untuk Semarang dan Aku berangkat ke Medan. Meninggalkan keluargaku lagi, teman-teman Jogja, suka cita dan asa. Tetapi aku pergi dalam kondisi siap. “Aku ditempa di Jogja!”, itu yang kuucapkan pada Antok sebelum aku berangkat untuk meyakinkannya bahwa aku siap begitupun halnya dengan Anton. Aku tak ingin orang melihatku sebagai pribadi yang ringkih dan perlu dikasihani, karena aku tidak seperti itu! Itupun yaang sudah kubuktikan dalam hidupku. Tak banyak orang yang merelakan keluarga dan orang-orang yang meereka cintai untuk suatu perjalanan yang masih kusebut pembelejaran. Setidaknya resapi itu sebeelum mengungkapkan pendapat tentangku! Sedikit emosional memang, tapi aku cukup gerah untuk dinilai sebagai anak manja atau apapun itu, belum tentu mereka akan berani mengambil risiko yang sama atau bahkan akan berbalik dan menjadi pengecut! Yah, seperti itulah. Aku meninggalkan setahun itu, aku pergi dari Jogja dengan pribadi utuh yang dewasa. Aku meniggalakan keramahan lesehan Jogja, alun-alun kidul, Malioboro, stasiun Tugu, Sagan, Ambarukmo Plaza, Kaliurang, pantai Depok dan aku meninggalkan rekan-rekan seperjuanganku: Nadya, Dika, Anton, Piki, Widy, Ocha, Diki, Ferdy, Said, Maelo, Tony, Intung, Panji dan Antok. Seperti yang direkam dalam lirik YOGYAKARTA-KLA PROJECT, “...malam ini aku tak akan datang kembali, namun kotamu hadirkan senyummu abadi. Ijinkanlah aku untuk pulang lagi...susana Jogja...”. Ketika kakiku melangkah ke atass pesawat subuh itu, batinku bereaksi “keramahanmu menahan memoriku di sini, sampai bertemu Jogja.”. Begitu besarnya aku mengahargai setiap perjalanan yang telah kutempuh dalam hidupku. “Banyak tempaan yang telah kualami dan baja ini telah siap!”, kuyaakinkan hatiku untuk melangkah ke suatu titik yang akan menuntut kewajiban dan tanggungjawab yang lebih besar lagi

“Medan, aku datang menantangmu!” seruku. Kini aku tengah duduk dalam kamarku, sambil menuangkan segala memoriku yang sebagian kutarik kembali dari Jogja untuk menjadi bekal bagi tempaan berikutnya. Bersama Abot, Vemi, Rafikah, Jumaida, Reza, Jupriansyah, Sudana, Grace, Ria, Medrow, Harianti, Ori, Harry, Yuni, Widya, Utie dan Heri. Aku tidak sendiri, aku bersama para pejuang lainnya dari ujung utara Indonesia, dan kami berdiri menantang nyali! “Ini Medan, Bung! Medan juang!” seruan ku.

Minggu, 15 Agustus 2010

4L

wah malam ini terasa sangaaaaat menyiksa (dengan banyak penekanan), rasanya badan ini ambruk...!mengapa tidak,,liat aja kondisi fudh g bisa duduk gini, takutnya tifus kaambuh lagi. mungkin karena kecapekan atau pola makan yang sangat tidak teratur atau bisa jadi juga karena makanan yang benar-benar ga bisa ditolerir tubuh. oh,,apapun itu aku di sini sendiri, aku mohon kekuatan atas diri raga dan jiwa ini.

manusia bukan penilai!

(T),,
aku sangat mensyukuri berkah dan rahmatMu dalam setiap detik kehidupanku seperti halnya hari ini aku sangat berbahagia atas segala karunia yang Engkau beri padaku. Tetapi, bukannya aku mau menjadi seseorang yang tidak taa bersyukur, hanya saja aku merasa banyak sekali manusia yang menilai dalam dunia ini. Apakah pantas seorang manusia menjatuhkan penilaian terhadap maanusia lainnya? Sadarkah mereka bahwa tiada kuasa atas diri mereka melakukan hal itu?
Engkau bahkan berkata, "Manusia adalah makhluk yang paling sempurna" jika saja mereka mampu memamahami esensinya hingga tiada satu kata hina pun yang mereka lontarkaan antar sesama makhluk yang sempurna.

(T),,
aku hanya seorang hamba yang mengiba untuk segala bentuk penindasan di muka bumi...

Sabtu, 14 Agustus 2010

ooohh minggu ku...

Sahur kali ini terasa agak sedikit berat, jelas saja karena badanku sedang tidak dalam kondisi yang cukup fit (tapi cukup fit untuk online dan mengisi blog,,hadeeuh..!!). mungkin masuk angin atau mungkin juga karena -kedinginan,,hehe yang jelas kepala terasa beraat sekali dan perut ini meronta-ronta seakan-akan ada monster yang menggeliat dan ingin menyebul keluar setiap saat (puppies I guess,,iiieh sorry rada rada jorok..). Waktu malam sih niatnya mau beli teh pahit di warung sembari sahur, tapi teringat waktu imsak dh muncul,,beuh bagaimana ingatan ini ya,,(mungkin karena sakit kepala jadi ya maklum lah rada errorr begini) akhirnya hanya menelan obat flu andalan keluarga ya,,dari tagline-nya bisa tebak sendiri obatnya apa ya...
Sekarang hanya tiduran saja dan menanti kreatifitas ku disalurkan a.k.a nulis blog dan update status di jejaring sosial. ga ngerti sih sebenarnya updaate status itu apa fungsinya, toh aku juga gaa sehat dg update tapi gaak apalah akusenang, itu sudah.
Alhamdulillah azan subuh dah berkumandang, artinya aku harus segera tidur (nah lho...), maksudnya sholat lantas tidur karena obatnya juga dah bekerja, makin lama mataku juga makin rabun.

Apapun yang kalian lakukan hari ini, semoga selalu diberkahi. God Bless us! Have a nice weekday and see u arround (duuuh kapan tidurnya ini,,sudah sudah..heheh)
big kiss.. :*

baca ini ya

kami PEREMPUAN bukan MAINAN
kami WANITA bukan sekedar HIASAN
kami para ISTRI bukan Pembantu Rumah Tangga (PRT)
adakah kalian menyadarinya
kaum kami tidak lemah,
melainkan kami adalah kekuatan yang tersimpan
dan bahkan melahirkan kekuatan para lelaki
hargai kami, dan kami pun menghargai
dengarkan kami, dan kami pun menyimakmu
mengerti kami, dan kami pun memahamimu
sayangi kami, dan kau pun tak akan pernah menyesali

-dihadiahkan bagi para wanita di muka bumi-

Kamis, 12 Agustus 2010

Ramadhan sesungguhnya

Alhamdulillah, puji syukur kupanjatkan kepada Allah SWT karena aku masih diberi kesempatan menjalankan ibadah di Bulan Ramadhan ini, tahun ini Ramadhan masih kembali menyapa seperti biasanya hanya saja aku melewati Ramadhan tahun ini dengan suasana yang berbeda, memang ini bukan pertama kali aku melewati Ramadhaan jauh dari orangtua dan keluarga. Sebelumnya aku melewati Ramadhan di Jogjakarta, tepatnya setahun yang lalu aku ditugaskan ke sana. tahun ini, aku menjalankan ibadah puasa di Kota ujung Sumatra, Medan.
Awalnya, aku merasa sangat kehilangan dan sendirian. terbangun di dini hari untuk makan sahur bahkan terasa sangat berat. aku terharu ketika azan subuh menyapaku, dan seketika aku meneteskan air mata.

Senin, 09 Agustus 2010

"T" besar bagiku

15:39


Awalnya, ketika kakiku ku daratkan di atas kota utara sumatera ini akau menyimpan
berbagai tanya, seberapa keraskah kehidupan yang akan kujalani nanti? akankah aku dapat tetap berdiri dengan asa dalam genggamanku ataukah semua itu akan memudar seiring semangatku yang tersurutkan oleh teriakan-teriakan kota ini?

Aku memenuhi tanya itu tepat sebulan yang lalu, tanggal 7 Juli 2010, datang di kota ini dengan berbekal keyakinan dan kebesaran "T" ku. Sehingga aku tak pernah merasa sendiri, karena memang tidak sendiri. bukan cuma mimpi, cita-cita atau asa yang ada bersamaku, tapi "T" ku menggengggamku erat dari hatinya. Walaupun meninggalkan jauh orang-orang yang sangat kucintai di belakang sana, tapi di sini, "T" selalu ada bersamaku, untukkku.

Narasi ini deskriptif dibuat di atas kota Medan yang terkenal dengan tagline-nya, "Ini Medan, bung!".